Optimis : Rakyat kecil ternyata lebih peduli dan ikhlas
Saya sungguh mendapatkan pelajaran yang berharga pada saat membawakan program motivasi di radio beberapa hari yang lalu. Tamu saya pada acara tersebut adalah beberapa orang ibu-ibu dan beberapa orang anak seusia sekolah SMP dan SMA.
Ibu-ibu tersebut ternyata adalah warga biasa, bukan orang kaya, bisa jadi termarjinalkan, tetapi memiliki kegiatan sejak tahun 80 an yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah membantu anak-anak yatim piatu dan yang mengalami masalah social lainnya.
Ketika sesi diskusi dan Tanya jawab, sangat tercermin dari seorang ibu yang disebut Bunda oleh anak-anak asuhnya itu, sebuah semangat kepedulian yang dalam serta ikhlas untuk menyelamatkan akhlak anak-anak yang keluarganya mengalami masalah social. Anak-anak dididik budi pekerti dan akhlaknya dan diupayakan harus dapat meneruskan sekolah sesuai usianya.
Di bawah wadah Pondok Mutiara Bunda yang bertempat di rumahnya, bertahun-tahun digunakan sebagai Ruham Singgah bagi anak-anak yatim piatu, peminta-minta, pengamen di jalanan, dan drop out sekolah. Bunda mendidik anak-anak tersebut harus mandiri dengan mengajarkan beberapa produk yang dapat dijual. Mereka menjualkan nasi bungkus di depan pintu pabrik, membuat aksesoris kerajinan tangan, dan membuat majun. Hasil dari kegiatan usahanya itu, Bunda dapat membantu menyekolahkan anak-anak asuhnya. Sedangkan untuk menjaga akhlaknya dan rohaninya diberikan pendidikan agama oeh seorang guru warga yang sama-sama ikhlasnya juga dalam membantu anak-anak tidak mampu tadi.
Kini Rumah Singgah nya telah dibubarkan, karena warga sekitarnya merasa terganggu oleh hiruk pikuk berkumpulnya anak-anak jalanan di rumah Bunda tadi. Maklum lokasinya sangat berdekat-dekatan denagn rumah warga. Namun Bnda tidak pernah berhenti memperhatikan dan kepeduliannya kepada anak-anak asuhnya. Walau rumah Singgah sudah tidak ada, namun kegiatan pendidikan rohani tetap berjalan dan mengasuh anak-anak yatim agar tetap bisa sekolah dan mandiri tetap dijalankan terus. Anak-anak asuhnya sudah banyak yang lulus setingkat SMA. Setiap tahun pondoknya selelu didatangi anak-anak secara bergantian. Anak-anak asuh yang sudah lama dan selesai sekolah biasanya sudah bisa bekerja dan bisa membantu Bunda dalam mengasuh anakp-anak yang datang lebih baru.
Dari pertemuan tersebut, saya dan kita semua dapat mengambil pelajaran bahwa warga yang sering kali disebut kelas bawah, ternyata memiliki kepedulian dan keikhlasan lebih tinggi pada bidang sosial. Hal ini disebabkan mereka terjun langsung, merasakan langsung, dan berinteraksi langsung dengan warga lain yang memiliki permasalahan social lebih parah. Oleh karena itu bagi siapapun yang ingin menjadi pemimpin di level manapun, dari mulai RT hingga Presiden sebaiknya para calon pemimpin tersebut harus benar-benar pernah merakyat, bergaul dengan rakyat dikalangan bawah agar terbentuk kepekaan dan kepedulian yang nyata. Sehingga para pemimpin tersebut akan merasakan bagaimana kehidupan rakyat miskin, anak yatim piatu, kesulitan biaya sekolah. Yang paad akhirnya para pemimpin tersebut akan sangat saying dan melindungi rakyatnya agar hidup lebih sejahtera. Semoga bermanfaat.
[tulisan ini pernah dimuat di wikimu.com]
Tamu : Ibu Numaningsih (Bunda) pengasuh Pondok Mutiara Bunda
081399916202
Ibu Ela (seksi social)
Kel Bantarjati Kulon Rt.3/10 Bogor Utara
Saya sungguh mendapatkan pelajaran yang berharga pada saat membawakan program motivasi di radio beberapa hari yang lalu. Tamu saya pada acara tersebut adalah beberapa orang ibu-ibu dan beberapa orang anak seusia sekolah SMP dan SMA.
Ibu-ibu tersebut ternyata adalah warga biasa, bukan orang kaya, bisa jadi termarjinalkan, tetapi memiliki kegiatan sejak tahun 80 an yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah membantu anak-anak yatim piatu dan yang mengalami masalah social lainnya.
Ketika sesi diskusi dan Tanya jawab, sangat tercermin dari seorang ibu yang disebut Bunda oleh anak-anak asuhnya itu, sebuah semangat kepedulian yang dalam serta ikhlas untuk menyelamatkan akhlak anak-anak yang keluarganya mengalami masalah social. Anak-anak dididik budi pekerti dan akhlaknya dan diupayakan harus dapat meneruskan sekolah sesuai usianya.
Di bawah wadah Pondok Mutiara Bunda yang bertempat di rumahnya, bertahun-tahun digunakan sebagai Ruham Singgah bagi anak-anak yatim piatu, peminta-minta, pengamen di jalanan, dan drop out sekolah. Bunda mendidik anak-anak tersebut harus mandiri dengan mengajarkan beberapa produk yang dapat dijual. Mereka menjualkan nasi bungkus di depan pintu pabrik, membuat aksesoris kerajinan tangan, dan membuat majun. Hasil dari kegiatan usahanya itu, Bunda dapat membantu menyekolahkan anak-anak asuhnya. Sedangkan untuk menjaga akhlaknya dan rohaninya diberikan pendidikan agama oeh seorang guru warga yang sama-sama ikhlasnya juga dalam membantu anak-anak tidak mampu tadi.
Kini Rumah Singgah nya telah dibubarkan, karena warga sekitarnya merasa terganggu oleh hiruk pikuk berkumpulnya anak-anak jalanan di rumah Bunda tadi. Maklum lokasinya sangat berdekat-dekatan denagn rumah warga. Namun Bnda tidak pernah berhenti memperhatikan dan kepeduliannya kepada anak-anak asuhnya. Walau rumah Singgah sudah tidak ada, namun kegiatan pendidikan rohani tetap berjalan dan mengasuh anak-anak yatim agar tetap bisa sekolah dan mandiri tetap dijalankan terus. Anak-anak asuhnya sudah banyak yang lulus setingkat SMA. Setiap tahun pondoknya selelu didatangi anak-anak secara bergantian. Anak-anak asuh yang sudah lama dan selesai sekolah biasanya sudah bisa bekerja dan bisa membantu Bunda dalam mengasuh anakp-anak yang datang lebih baru.
Dari pertemuan tersebut, saya dan kita semua dapat mengambil pelajaran bahwa warga yang sering kali disebut kelas bawah, ternyata memiliki kepedulian dan keikhlasan lebih tinggi pada bidang sosial. Hal ini disebabkan mereka terjun langsung, merasakan langsung, dan berinteraksi langsung dengan warga lain yang memiliki permasalahan social lebih parah. Oleh karena itu bagi siapapun yang ingin menjadi pemimpin di level manapun, dari mulai RT hingga Presiden sebaiknya para calon pemimpin tersebut harus benar-benar pernah merakyat, bergaul dengan rakyat dikalangan bawah agar terbentuk kepekaan dan kepedulian yang nyata. Sehingga para pemimpin tersebut akan merasakan bagaimana kehidupan rakyat miskin, anak yatim piatu, kesulitan biaya sekolah. Yang paad akhirnya para pemimpin tersebut akan sangat saying dan melindungi rakyatnya agar hidup lebih sejahtera. Semoga bermanfaat.
[tulisan ini pernah dimuat di wikimu.com]
Tamu : Ibu Numaningsih (Bunda) pengasuh Pondok Mutiara Bunda
081399916202
Ibu Ela (seksi social)
Kel Bantarjati Kulon Rt.3/10 Bogor Utara
Comments