Untuk memudahkan pembahasan tentang kepekaan sosial dan karakter ini saya akan kaitkan dengan beberapa contoh kinerja pejabat atau pemimpin di negeri ini.
Siapa yang tidak kenal Jokowi panggilan akrab untuk Joko Widodo? Saya bisa jamin, sebagian besar rakyat Indonesia telah mengenal Jokowi. Beliau secara mengejutkan telah memenangkan dan menjadi Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Banyak yang bilang, pak. Jokowi pantas menang, karena sudah memiliki modal sosial yang kuat semenjak beliau menjabat Walikota Solo 2 periode, mungkin juga modal uang baik dari diri sendiri, partai, atau para pendukungnya.
Namun, saya disini tidak akan mengulas kaitan Jokowi dalam hal politik, tetapi bagaimana pak. Jokowi ini memiliki karakter pemimpin yang sangat jarang di negeri ini. Beliau sering melakukan dan mengatakan hal-hal yang berbau terobosan, jauh berbeda dengan para pemimpin lainnya, dan tidak jarang melakukan hal-hal yang spektakuler. Seperti peristiwa teranyar, melakukan Pelantikan pejabat Walikota Jakarta Timur di lokasi yang tidak lazim, di tempat terbuka perkampungan tergolong kumuh, panggung sederhana, tanpa tenda. Sungguh peristiwa yang belum pernah terjadi selama ini.
Apakah pelantikan ala Jokowi ini sekedar pencitraan, hal yang dibuat-buat atau merupakan pencerminan karakter Pak. Jokowi yang peka terhadap kondisi sosial?
Kita bisa mengenal orang lain pada umumnya dari hal-hal yang tampak dari penampilannya, yang bisa kita dengar, dari prilaku sehari-hari, cara berbicara, sikap dan sifat yang diperlihatkan jika berhubungan dengan orang lain, juga merespon atas berbagai kondisi yang masuk padanya. Pak. Jokowi jika kita perhatikan sejak beliau memimpin Kota Solo, telah menunjukan karakter seorang pemimpin yang berbeda dengan pemimpin pada umumnya. Bahkan kita bisa menilai seseorang atau pemimpin dari hal-hal tersebut, baik, kurang baik, atau tidak baik.
Mengapa Pak. Jokowi bisa melakukan banyak terobosan , sering membuat kejutan, sederhana, merakyat, tegas, menjadi pusat perhatian media?
Jawabannya adalah dapat dipastikan memang pak. Jokowi memiliki karakter pemimpin yang baik, peduli kepada rakyatnya, peka terhadap lingkungannya, disamping perhatian penuh terhadap berbagai permasalahan dan bidang-bidang lainnya. Pemimpin ala Jokowi, bukan tipe yang asal menyuruh bawahannya, tapi beliau memberi contoh dengan kinerja sendiri, kerja-kerja dan kerja.
Okey, saya yakin, sahabat sekalian sepakat bahwa Pak. Jokowi adalah pemimpin yang memiliki karakter yang baik dan pantas dicontoh oleh pemimpin lainnya.
Pertanyaan berikutnya, mengapa kita sangat sulit memiliki pemimpin yang seperti pak. Jokowi? Apakah sulit jika para gubernur atau bupati yang ada saat ini, tiru saja gaya kepemimpinan Jokowi. Ternyata itu tidak mudah, karena gaya pemimpin adalah merupakan cerminan karakter pribadinya.
Pak. Jokowi telah banyak kita dengar sejak meminpin Walikota Solo. Beliau, tidak mengambil gajinya, sangat dekat dengan wong cilik, tidak segan makan bersama di warung makan pinggir jalan, tidak masalah ngobrol dengan tukang becak, pedagang pasar, dan belusukan ke kampung-kampung, hingga menyelesaikan pemindahan lokasi pedagang kaki lima ke tempat yang lebih pantas di pasar modern, juga mendukung produk lokal, dsb. Kegiatan dan komunikasi dengan rakyat dilakukan secara sering, sehingga menjadikan kebiasaan. Pendekatan langsung , bahkan person ke person dengan warganya. Dari situlah beliau mengenal betul kondisi sosial warganya, kondisi lingkungannya, bahkan dari situpula bisa diambil solusi untuk menangani berbagi permasalah sosial yang terjadi.
Proses hubungan langsung dengan orang lain itulah akan membentuk perasaan empati dan kepekaan. Berbeda dengan pemimpin yang kebiasaannya duduk di kantor, menelusuri wargannya hanya lewat di mobil, sepertinya tidak pantas bersentuhan, berkomunikasi langsung dengan rakyat kecil di tempat-tempat sederhana bahkan kumuh, maka bobot kepekaan sosial dan lingkungannya akan tipis.
Begitulah proses tumbuhnya kepekaan, bermula dari kebiasaan terjun langsung ke lapangan, bersentuhan langsung dengan rakyat, melihat dan merasakan langsung bagaimana menjadi rakyat dan tinggal di tempat-tempat terpinggirkan, bagaimana rasanya macet setiap hari di jalanan, dan lain-lain.
Hanya pemimpin yang sudah terbiasa melakukan kerja-kerja seperti itu akan melakukan hal yang sama bahkan melakukan berbagai terobosan untuk mencari solusi. Hanya pemimpin yang sering ditempa kondisi nyata di lapangan yang akan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Dari kebiasaan , dan kepekaan yang tinggi inilah, muncul karakter seorang pemimpin yang sesungguhnya diharapkan oleh kita semua.
Pemimpin yang tidak memiliki kebiasaan bekerja keras, kurang perhatian, dan tidak terjun langsung, tidak akan bisa melakukan hal-hal seperti pak. Jokowi, karena akan terlihat dibuat-buat.
Namun, tidak ada salahnya jika para pemimpin yang ada saat ini, atau calon-calom pemimpin masa depan, belajar dari karakter kepemimpinan Jokowi, karena karkter, atau kepribadian sebenarnya bisa diubah atau dibentuk, dengan cara melakukan perubahan dan dijadikan kebiasaan. Kakater kita sesungguhnya mencerminkan kebiasaan kita. Intinya kita dinilai oleh orang lain dari kebiasaan hidup kita yang setiap saat tampak. Kita akan dikenal seorang pemarah, akibat sering marah-marah dimanapun berada.
Semoga, dimasa datang akan muncul para pemimpin yang memiliki kakater mulia, mengayomi warganya dengan sungguh-sungguh, atau akan muncul pemimpin Jokowi Jokowi baru.
Semoga bermanfaat.
Salam sukses
J. Triharja
Siapa yang tidak kenal Jokowi panggilan akrab untuk Joko Widodo? Saya bisa jamin, sebagian besar rakyat Indonesia telah mengenal Jokowi. Beliau secara mengejutkan telah memenangkan dan menjadi Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Banyak yang bilang, pak. Jokowi pantas menang, karena sudah memiliki modal sosial yang kuat semenjak beliau menjabat Walikota Solo 2 periode, mungkin juga modal uang baik dari diri sendiri, partai, atau para pendukungnya.
Namun, saya disini tidak akan mengulas kaitan Jokowi dalam hal politik, tetapi bagaimana pak. Jokowi ini memiliki karakter pemimpin yang sangat jarang di negeri ini. Beliau sering melakukan dan mengatakan hal-hal yang berbau terobosan, jauh berbeda dengan para pemimpin lainnya, dan tidak jarang melakukan hal-hal yang spektakuler. Seperti peristiwa teranyar, melakukan Pelantikan pejabat Walikota Jakarta Timur di lokasi yang tidak lazim, di tempat terbuka perkampungan tergolong kumuh, panggung sederhana, tanpa tenda. Sungguh peristiwa yang belum pernah terjadi selama ini.
Apakah pelantikan ala Jokowi ini sekedar pencitraan, hal yang dibuat-buat atau merupakan pencerminan karakter Pak. Jokowi yang peka terhadap kondisi sosial?
Kita bisa mengenal orang lain pada umumnya dari hal-hal yang tampak dari penampilannya, yang bisa kita dengar, dari prilaku sehari-hari, cara berbicara, sikap dan sifat yang diperlihatkan jika berhubungan dengan orang lain, juga merespon atas berbagai kondisi yang masuk padanya. Pak. Jokowi jika kita perhatikan sejak beliau memimpin Kota Solo, telah menunjukan karakter seorang pemimpin yang berbeda dengan pemimpin pada umumnya. Bahkan kita bisa menilai seseorang atau pemimpin dari hal-hal tersebut, baik, kurang baik, atau tidak baik.
Mengapa Pak. Jokowi bisa melakukan banyak terobosan , sering membuat kejutan, sederhana, merakyat, tegas, menjadi pusat perhatian media?
Jawabannya adalah dapat dipastikan memang pak. Jokowi memiliki karakter pemimpin yang baik, peduli kepada rakyatnya, peka terhadap lingkungannya, disamping perhatian penuh terhadap berbagai permasalahan dan bidang-bidang lainnya. Pemimpin ala Jokowi, bukan tipe yang asal menyuruh bawahannya, tapi beliau memberi contoh dengan kinerja sendiri, kerja-kerja dan kerja.
Okey, saya yakin, sahabat sekalian sepakat bahwa Pak. Jokowi adalah pemimpin yang memiliki karakter yang baik dan pantas dicontoh oleh pemimpin lainnya.
Pertanyaan berikutnya, mengapa kita sangat sulit memiliki pemimpin yang seperti pak. Jokowi? Apakah sulit jika para gubernur atau bupati yang ada saat ini, tiru saja gaya kepemimpinan Jokowi. Ternyata itu tidak mudah, karena gaya pemimpin adalah merupakan cerminan karakter pribadinya.
Pak. Jokowi telah banyak kita dengar sejak meminpin Walikota Solo. Beliau, tidak mengambil gajinya, sangat dekat dengan wong cilik, tidak segan makan bersama di warung makan pinggir jalan, tidak masalah ngobrol dengan tukang becak, pedagang pasar, dan belusukan ke kampung-kampung, hingga menyelesaikan pemindahan lokasi pedagang kaki lima ke tempat yang lebih pantas di pasar modern, juga mendukung produk lokal, dsb. Kegiatan dan komunikasi dengan rakyat dilakukan secara sering, sehingga menjadikan kebiasaan. Pendekatan langsung , bahkan person ke person dengan warganya. Dari situlah beliau mengenal betul kondisi sosial warganya, kondisi lingkungannya, bahkan dari situpula bisa diambil solusi untuk menangani berbagi permasalah sosial yang terjadi.
Proses hubungan langsung dengan orang lain itulah akan membentuk perasaan empati dan kepekaan. Berbeda dengan pemimpin yang kebiasaannya duduk di kantor, menelusuri wargannya hanya lewat di mobil, sepertinya tidak pantas bersentuhan, berkomunikasi langsung dengan rakyat kecil di tempat-tempat sederhana bahkan kumuh, maka bobot kepekaan sosial dan lingkungannya akan tipis.
Begitulah proses tumbuhnya kepekaan, bermula dari kebiasaan terjun langsung ke lapangan, bersentuhan langsung dengan rakyat, melihat dan merasakan langsung bagaimana menjadi rakyat dan tinggal di tempat-tempat terpinggirkan, bagaimana rasanya macet setiap hari di jalanan, dan lain-lain.
Hanya pemimpin yang sudah terbiasa melakukan kerja-kerja seperti itu akan melakukan hal yang sama bahkan melakukan berbagai terobosan untuk mencari solusi. Hanya pemimpin yang sering ditempa kondisi nyata di lapangan yang akan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Dari kebiasaan , dan kepekaan yang tinggi inilah, muncul karakter seorang pemimpin yang sesungguhnya diharapkan oleh kita semua.
Pemimpin yang tidak memiliki kebiasaan bekerja keras, kurang perhatian, dan tidak terjun langsung, tidak akan bisa melakukan hal-hal seperti pak. Jokowi, karena akan terlihat dibuat-buat.
Namun, tidak ada salahnya jika para pemimpin yang ada saat ini, atau calon-calom pemimpin masa depan, belajar dari karakter kepemimpinan Jokowi, karena karkter, atau kepribadian sebenarnya bisa diubah atau dibentuk, dengan cara melakukan perubahan dan dijadikan kebiasaan. Kakater kita sesungguhnya mencerminkan kebiasaan kita. Intinya kita dinilai oleh orang lain dari kebiasaan hidup kita yang setiap saat tampak. Kita akan dikenal seorang pemarah, akibat sering marah-marah dimanapun berada.
Semoga, dimasa datang akan muncul para pemimpin yang memiliki kakater mulia, mengayomi warganya dengan sungguh-sungguh, atau akan muncul pemimpin Jokowi Jokowi baru.
Semoga bermanfaat.
Salam sukses
J. Triharja
Comments