Tulisan ini saya ambil dari proposal sederhana yang saya buat sendiri pada tahun 2006. Gagasan sederhana ini pernah dikirimkan kepada Menhub entah tahun berapa, via seorang teman. Tapi entahlah, sapai atau tidaknya. Juga jika sampaipun entah dibaca atau tidak. Gagasan ini ketika dibaca-baca lagi ternyata masih relevan untuk disajikan ke publik dan ke pihak terkait, karena hingga saat ini Jakarta ternyata masih macet, bahkan terasa semakin parah. Gagasan itu saya tulis ketika Gubernur DKI masih Bpk. Sutiyoso (Bang Yos), lalu digantikan Bpk. Fauzi Bowo (Bang Foke), dan saat ini Pak. Joko Widodo (Jokowi). Berikut Solusi Kemacetan yang paling MURAH DAN TERPADU, setidaknya menutur penulis.
Latar belakang permasalahan dari penulisan gagasan ini adalah :
Untuk mencapai tujuan dari latar belakang dan kondisi saat ini, mari kita kaji beberapa data umum untuk kita analisa.
(data disajikan dari berbagai sumber media cetak dan online)
Dari data umum dan asumsi diatas dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut :
Mari kita buat asumsi lanjutan dan analisa umum sementara, sbb :
Berikut analisa umum dan hipotesa nya :
Disediakan transportasi umum terpadu yang nyaman dengan jumlah memadai dan mampu bergerak sekitar 5-10 menit sekali terutama pada jam sibuk pagi dan sore. Total kendaraan yang melakukan trip di Jakarta harus dibaatsi masksimal 2,5 juta termasuk kendaraan umum, dan pribadi.
Berikut beberapa solusi untuk mengurangi pergerakan kendaraan masuk ke Jakarta pada hari kerja :
Berikut langkah-langkah penting yang mesti dilakukan pemerintah agar solusi untuk mengurangi kemacetan agar Jakarta menjadi kota yang nyaman, lancar, aman, bersih,dan tertib.
- Fakta menunjukkan kemacetan semakin parah di jalan-jalan dalam kota Jakarta dan jalan tol yang menuju dan keluar Jakarta. Saya sering mengalami di pagi hari, jika berangkat dari Bogor melalui Tol Jagorawi kemacetan mulai terjadi sebelum Cawang. Al hasil untuk menuju lokasi dikisaran Pancoran saja membutuhkan waktu lebih dari 2,5 jam. Bisa dibayangkan untuk mencapai lokasi lebih dalam lagi.
- Kemacetan telah menimbulkan berbagai kerugian materiil dan non materiil, diantaranya pemborosan BBM, polusi udara, dan keterlambatan kerja, keterlambatan pengiriman barang, bahkan ada yang pernah menghitung kerugian mencapai angka Rp. 43 triliun/tahun. Kerugian lainnya adalah pengaruh pada tingkat stress manusia, polusi lingkungan, dll.
- Jumlah kendaraan penduduk kota Jakarta dan yang masuk dari luar kota Jakarta telah melebihi kapasitas normal luas jalan yang ada di Jakarta. ( sekitar 7 juta trip kendaraan/hari).
- Pertumbuhan kendaraan (11%) tidak seimbang dengan pertambahan jalan (1%).
- Kondisi kemacetan yang terjadi, Kota Jakarta belum mencerminkan sebagai Ibu Kota Negara, kota metropolitan, kota bisnis dan pemerintahan yang nyaman, tertib seperti ibu kota negara lain yang telah maju
- Diperlukan adanya sistem transportasi umum yang nyaman dan tersedia setiap saat untuk menjangkau lokasi-lokasi strategis yang dipadukan dengan sistem perparkiran (Park and Ride) yang luas dan terjangkau di lokasi transit transportasi masal.
Penulisan gagasan ini bertujuan sbb :
Lalu solusi dan transportasi apa saja yang telah dicapai dan disediakan oleh pemerintah saat ini serta perencanaannya?- Menjadikan Jakarta kota yang nyaman, tertib, dan lancar sebagai Ibu Kota Negara Indonesia.
- Lalulintas Jakarta mudah untuk ditertibkan.
- Perjalanan di dalam kota Jakarta rata-rata dapat ditempuh dengan waktu 15 menit untuk jarak minimal 10 KM, “ Jakarta the fifteen minutes city”.
- Mengurangi jumlah kendaraan pribadi pada hari-hari kerja dan menggantikannya dengan transportasi umum yang memadai.
- Mengatur dan membangun sistem transportasi umum yang nyaman, kapasitas memadai, yang dipadukan dengan sistem perparkiran yang luas (Large Park and Ride) dan strategi.
- Menerapkan teknologi pengontrol, pengatur transportasi (sistem manajemen transportasi terpadu) dan sistem pembatasan kendaraan pribadi.
- Telah tersedia transportasi nyaman dan cepat (city transportasion), “Trans Jakarta” dengan jalur khusus Busway yang telah menjangkau hampir seluruh wilayah bisnis Jakarta.
- Telah tersedia kendaraan umum kategori bus (AC dan non AC), minibus, dan angkutan kota ukuran kecil dengan jumlah yang cukup banyak.
- Telah diberlakukan sistem 3 in 1 untuk jalan-jalan sibuk.
- Melanjutkan program Monorail dan perencanaan MRT.
- Luas Jalan di Jakarta (2007) 40.073.732,75 m2
- Jumlah Trip/hari dari luar JKT sekitar 2.000.000,00 unit
- Jumlah Trip/hari dari dlm JKT sekitar 5.000.000,00 unit
- Luas Kendaraan + space macet 18 m2 Non-bus
- Luas Kendaraan+space lancar 50 m2
- Penumpang dg kendaraan pribadi 3.080.000,00 orang
- Penumpang dg kendaraan umum 3.920.000,00 orang
(data disajikan dari berbagai sumber media cetak dan online)
Dari data umum dan asumsi diatas dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut :
- Jika (Luas jalan) dibagi dengan (luas kendaraan+space macet), maka akan diperoleh jumlah kendaraan yang akan menyebabkan kondisi macet total Jakarta, yaitu 40 juta M2 : 18 m2 = 2,2 juta kendaraan.
- Luas jalan utama 40% yaitu sekitar 16 juta M2.
- Kemacetan di jalan utama terjadi jika jumlah kendaraan yang bergerak sekitar 890 ribu unit.
- Kondisi kemacetan sudah sering terjadi dijalur tertentu pada jam sibuk pagi (07-10), dan sore (16 – 20). Kemacetan dapat terjadi selama 2 -4 jam.
- Jarak jalan MH Thamrin – Sudirman sekitar 10 KM
- Panjang kendaraan pribadi + jarak kondisi macet sekitar 5,5 M.
- Jika terdapat kendaraan sebanyak 1800 - 2000 unit/jalur (10 KM : 5,5 M) dalam waktu bersamaan, maka jalan MH Thamrin - Sudirman akan terjadi kemacetan total.
- Agar kondisi tidak macet, maka setiap kendaraan harus memiliki space/ruang sekitar 50 M2, atau panjang 10 M. Dengan kondisi ini kendaraan dapat melaju dengan kecepatan sekitar 40 KM/jam atau untuk jarak 10 KM dapat ditempuh dengan waktu 15 menit.
- Jumlah kendaraan pada jarak 10 KM agar kondisi lancar maksimal =1000 unit/jalur, atau 100 unit/KM/jalur.
Mari kita buat asumsi lanjutan dan analisa umum sementara, sbb :
- Dengan jumlah trip rata-rata kendaraan di Jakarta 7 juta unit/hari: 2 Juta dari luar Jakarta, 5 juta dari dalam Jakarta.
- Kecepatan kendaraan pada kondisi macet antar 2 -5 KM/jam atau 1 KM ditempuh dalam waktu 12 – 30 menit.
- Kecepatan dalam kondisi lancar yang diharapkan adalah 40 KM/jam atau 1 KM ditempuh dalam waktu 1,5 menit atau 10 KM ditempuh dalam 15 menit.
- Kemacetan terjadi pada jam sibuk pagi (7-10) dan sore (16-20) sekitar 7 jam. Siang hari antara jam 10 – 16 (6 jam) trafik dapat diasumsikan terdakang lancar, walau kondisi sebenarnya jalur utama pada saat jam makan siang terjadi kemacetan parah juga (jam 11 - 14). Barangkali sepulang macet-macetan makan siang, kembali ke kantor bisa langsung pulang untuk menyongsong kemacetan berikutnya , kemacetan parah jam pulang kerja.
- Kemacetan utama dapat dianalisa terjadi pada jalan utama (luas 16 juta m2) dengan jumlah kendaraan sekitar 890 ribu unit dalam waktu bersamaan, atau 166 unit /KM/jalur.
- Pada kondisi lancar pada jalan utama terdapat pergerakan kendaraan maksimal 100 unit/KM/jalur
- Dari data dan asumsi tersebut, maka wajar pada jam sibuk pagi dan sore seringkali terjadi kemacetan hampir diseluruh jalur,karena terjadi pergerakan sekitar 1- 2 juta kendaraan baik di jalan utama maupun jalan-jalan lainnya yang menyebabkan kemacetan 2 – 4 jam.
- Untuk menghilangkan kemacetan diperlukan upaya strategis dan terpadu dengan mengurangi jumlah kendaraan yang bergerak ke wilayah Jakarta 40% sampai 50%, atau pengurangan 2,8 – 3,5 juta kendaraan/hari.
- Pengurangan kendaraan hanya dapat dilakukan, jika telah terdapat mode transportasi umum yang nyaman, cepat, dan mampu menampung 2 – 3 juta orang per hari terutama pada jam sibuk pagi dan sore, untuk mengantarkan ke lokasi kerja masing-masing dan mengantar pulang ke lokasi rumah, tempat parkir, atau stasiun transportasi selanjutnya untuk pulang
Disediakan transportasi umum terpadu yang nyaman dengan jumlah memadai dan mampu bergerak sekitar 5-10 menit sekali terutama pada jam sibuk pagi dan sore. Total kendaraan yang melakukan trip di Jakarta harus dibaatsi masksimal 2,5 juta termasuk kendaraan umum, dan pribadi.
Berikut beberapa solusi untuk mengurangi pergerakan kendaraan masuk ke Jakarta pada hari kerja :
- 3 in 1 diberlakukan dengan benar (sudah dijalankan sejak lama, sayangnya tidak begitu efektif mengurangi kemacetan, dikarenakan tidak ada pengawasan, terhadap para pengguna joki untuk menemani mobil pribadi).
- Bergantian kendaraan masuk Jakarta antara nomor ganjil dan genap per hari. (diperlukan Perda untuk mengawasan dan sanksi).
- Diperlukan penataan ulang trayek bis, minibus, metromini, untuk mendukung sistem transportasi terpadu dan terintegrasi untuk mengangkut penumpang dilokasi titik-titik turunnya penumpang dari angkutan masal.
- Tarif parkir di dalam Kota Jakarta dinaikan.
- Pada jalan-jalan utama diberlakukan jalan berbayar dengan tarif tertentu, dapat menerapkan sistem ERP (Electronic Road Pricing).
- Pada pintu masuk jalan-jalan utama disediakan informasi batas dan jumlah kendaraan yang telah ada di dalam wilayah bisnis dan pemerintahan Jakarta.
- Menerapkan teknologi sistem manajemen transportasi terpadu., yang menyajikan informasi secara tepat waktu kedatangan dan keberangkatan Bis di setiap lokasi tunggu dan perberhentian.
- Untuk menjaga kebersihan dan ketertiban serta keamanan diberlakukan peraturan dan denda yang wajar.
- Dan ini salah satu penunjang utama dalam mengurangi kendaraan masuk ke dalam Jakarta, yaitu dibangun area parkir yang luas (Large Park and Ride/LPR)) yang memadai, tarif murah/hari di lokasi ring luar Jakarta atau diperbatasan dengan kota-kota penyangga Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
- Disediakan angkutan masal antar kota penyangga menuju lokasi LPR, Bis trans Bogor-Jakarta, Bekasi-Jakarta, Tangerang-Jakarta, Depok Jakarta.
Berikut langkah-langkah penting yang mesti dilakukan pemerintah agar solusi untuk mengurangi kemacetan agar Jakarta menjadi kota yang nyaman, lancar, aman, bersih,dan tertib.
- Pada saat ini Gubernur Jokowi sedang merealisasikan angkutan masal Monorail, lalu MRT. Proyek ini untuk menunjang kelancaran di dalam kota.
- Diperlukan pengaturan TransJakarta menggunakan sistem kontrol dan manajemen yang terpadu, sehingga apabila terjadi kepadatan penumpang di jalur tertentu dapat segera diketahui untuk dikirmkan bis lebih cepat. Di setiap lokasi perberhentian disediakan sistem informasi jam kedatangan dan keberangkatan yang tepat.
- Pembangunan Large Park and Ride di ring luar Jakarta bisa bekerjasama dengan Pemda-Pemda kota penyangga Jakarta serta dengan swasta.
- Penyedian Bis dari kota penyangga ke Jakarta (lokasi Large Park adn Ride) jangan disediakan oleh Pemda Jakarta, karena akan menimpulkan kecemburuan dan pembatasan kesempatan usaha. Bis dari kota penyangga ke Jakarta (lokasi LPR) baiknya disediakan oleh Pemda masing-masing dan swasta. Misalkan Pemda Kota Bogor dan Kab Bogor menyediakan Bisa Trans Bogor-Jakarta, begitu juga untuk Pemda Bekasi, Depok, Tangerang, dan masing-masing Pemda bisa bekerjasama dengan swasta. Dari lokasi LPR disediakan Bis Trans Jakarta menuju jalur trans Jakarta yang sudah ada.
- Di setiap perberhentian kereata komuter disediakan lahan yang cukup luas untuk Park and Ride.
- Dan langkah yang paling penting dilakukan Pemda DKI adalah menata ulang trayek dari masing-masing moda transportasi feeder untuk mengangkut penumpang dari tempat perberhentian transportasi masal seperti ketera komuter dari kota penyangga, bis dari kota penyangga. Mobil-mobil umum yang lebih kecil ditata ulang trayeknya,
Dengan solusi ini, saya yakin untuk mengurangi jumlahkendaraan pribadi masuk ke jalur utama kota jakarta akan berkurang drastis. Dari sisi pembiayaanpun akan lebih kecil, karena melibatkan dan kerjasama dengan Pemda-pemda kota penyangga dan swasta yang memberrikan income dan pengembangan usaha bagi Pemda dan swasta di kota-kota penyangga.
Semoga bermanfaat danbisa dimanfaatkan...
Comments