Inilah saat penantian yg menegangkan bagi kedua kubu capres no 1 dan 2. seperti pertarungan piala dunia yg telah dimenangkan Jerman berkostum putih atas Argentina dg skor 1:0 diakhir babak tambahan waktu 2 kali 15 mnt. Kemenangan Jerman bisa sj dijadikan gambaran prediksi, ini mirif pertarungan capres no 1 dg :kostum putih. Sorry ini cuma iseng2 tapi ada seriusnya lho. Brikut yg agak seriusnya, dalam memprediksi ini kita lepaskan dulu klaim hasil QC dari lembaga survey masing2 kubu, karena bis ajadi kedua kubu QC nya pada salah, atau hasil rekayasa. Tidak mungkin juga lembaga survey kedua kubu benar semua. Pasangan no 1 bisa menang saat nanti hasil hitung manual KPU tgl 22 juli, dg syarat sbb:
- Asumsi, Hasil Real Count PKS yg memenangkan no 1 dpt dibuktikan benar bukan rekayasa.
- Asumsi hasil Quick Count 7 lmbg survey pendukung pasangan capres no 2 dpt dibuktikan tidak benar, alias hasil tekayasa. misal ambil data yg memang di tps berpotensi unggul atau terjadi penghitungan dari data yg direkayasa.
- Asumsi, Sebaliknya 4 lembaga survey yg memenangkan pasnagan capres no 1 mengambil data dan pengolahannya benar, bukan tekayasa.
- Asumsi, kubu no 1 tidak melakukan kecurangan2 yg dapat membatalkan hasil suara.
Nah dg 4 syarat inilah pasangam no 1, bisa diprediksi menang hasil hitung manual KPU tgl 22 juli nanti.
Kemenangan bisa mirif kemenangan Jerman vs Argentina, yg dimenangkan oleh Tim Jerman (yg berkostum putih).
Tapi jk ke 4 syarat tsb sebaliknya, maka kwmenangmapun akan berbalik untuk pasangan no2.
- Asumsi, hasil Real Count dari saksi kubu PDIP terbukti benar dan tdk ada rekayasa memenangkan pasangan No.2.
- Asumsi, Hasil quick Count 4 lembaga survey yg memenangkan pasangan capres no 1 terbukti hasil rekayasa, alias tdk benar.
- Asumsi, Sebaliknya hasil quick count 7 lembaga survey yg mendukung kubu no 2 terbukti benar dan bukan hasil rekayasa.
- Asumsi, Kubu pasangan no 2 tidak melakukan kecurangan yg bisa membatalkan hasil suara.
Nah jika kondisi berbalik seperti ini,maka kemenangan akan ada untuk pasangan no 2. Bisa juga didekati dg kemenangan Jerman (bukan German) yaitu pasangan capres dg nama awal huruf J ,yaitu Jokowi atau JK... aha ini yg iseng nya lagi, agar kita pada rileks ya.
Karena saat ini masing2 kubu meng-klaim kemenangan pasangan masing2, dan tidak mungkin hasil akhir nya menang ke-dua nya, atau kecil kemungkinan menghasilkan suara yg sama besar alias draw.
Walaupun demikian, kemenngam dlm politik itu tdk akan seindah piala bola dunia yg serba fair, jujur, adil, bebas dan terbuka, dan kecil kmungkinan rekayasa. Dalam politik, fairness, jurdil itu bisa jadi hanya fatamorgana atau harapan kosong. Yg menamg bisa jadi akan digugat balik di MK. Saan saya, di masa mendatang Pemilu itu baiknya sdh menerapkan sistem e-vote.
Akibat dari pertarungan capres ini jk tdk didasari kepentingan murni utk membamgun bamgsa dan negara, mk bisa jadi yg kalah akan sulit menerimanya.
Dan yg akan kena batunya jg adalah lembaga survey yg berada di kubu yg kalah, dan terbukti melakulan rekayasa.
Saran sy sdh lah akhiri peperangan opini ini. Nanti yg melakulan kebohongan dan rekayasa bisa ketahuan jg kok, yaitu yg terbukti kalah.
Nah ada syarat terakhir yg termasuk sangat penting yakni KPU dari mulai daerah hingga pusat tdk melakukan pelanggaran apapun. KPU harus tetap tegas dan independent, tdk ada yg menekan.
Selamat menantikan hasil akhir Pemilu Pilpres tgl 22 juli, walau msh mungkin ada tambahan waktu dan adu pinalti di MK. Toh pada akhirnya akan ada 1 pemenang, dan kemenangan dg hasil suara yg sangat tipis, speerti kemenangan German atas Argentinya hanay 1 - 0 saja. Walaupun beda 1 % atau beda 1 suara sekalipun. Saya yakin kemenangan atau kekalahan dg selisih suara yg sangat tipis itu pasti dirasakan akan menyakitkan dan sulit diterima oleh pasangan manapun. tapi itulah pertandingan pasti ada pemenang dan yg kalah. Semoga paad saatnya siapapun yg kalah setelah memalui proses sesuai aturan hingga diputuskan ke MK, bisa menerimanya dg legowo dg kesadaran penuh.
Smoga ada manfaatnya.
JT
Comments